Sudah beberapa minggu saya menghabiskan waktu kerja di kota Bandung. Cuaca yang lebih dingin dari Jakarta membuat saya betah berlama-lama di sini. Perihal transportasi, sudah pasti saya serahkan ke taksi online. Minimnya pengetahuan jelajah area Bandung menjadikan taksi online sebagai moda transportasi andalan saya, dan ternyata ada pelajaran yang saya petik dari sebuah pengalaman perjalanan di kota ini.
Bandung, 29 Juni 2022.
Langit Bandung begitu cerah seperti biasanya. Rasa lelah yang saya rasakan sejak pagi sampai siang harus ditahan sebentar, karena masih ada 2 lokasi lagi yang harus saya tuju. Sebelum memesan taksi online, saya cek jarak dari titik jemput ke tujuan melalui google maps untuk mengetahui rute serta waktu tempuh. “Oke, aman 25 menit,” seketika saya langsung pesan via aplikasi hijau. 3 menit berlalu, driver pun sampai.
Di perjalanan, saya tetap membuka handphone untuk “mengawal” driver saya yang asli Bandung.
Tiba-tiba di tengah perjalanan, driver menggunakan jalan yang tidak sesuai dengan aplikasi saya, jalan yang jauh berbeda dari arahan google maps, pegangan saya. Selama perjalanan saya hanya diam dan sedikit kesal. “Yaelah ketemu driver ngide lagi ini deh, kusutttt.” Badan udah capek banget, mau marah juga gak bisa. Saya hanya bisa pasrah sambil main media sosial untuk sedikit mengalihkan kekesalan saya.
Selang beberapa menit, saya pun sampai. Segera turun dari mobil sambil cek jam. “Lho, kok cepet banget sampenya, 18 menit!”
Ternyata si driver melewati jalan lain untuk menghindari titik-titik macet dan pusat keramaian di Bandung sehingga waktu tempuhnya jadi lebih cepat dari arahan google maps. Hal ini menjadikan perenungan tersendiri untuk saya.
Sering banget saya hidup pakai cara saya. Pakai jalan yang saya pilih, pakai waktu yang menurut saya ideal untuk mencapai tujuan di dalam hidup. Lupa, bahwa ada yang lebih paham mengenai medan yang telah, sedang, dan akan saya alami, Tuhan.
Pekerjaan dan kesibukan yang terlalu padat belakangan ini membuat saya lupa, dan pengalaman tersebut mengingatkan kembali untuk menyerahkan semuanya sama Tuhan. Saya gak mau jadi orang yang sok tahu, pakai jalan sendiri. Saya gak mau marah kalau ternyata di tengah jalan tidak sesuai rencana. Saya gak mau hitung-hitungan sama Tuhan untuk waktu dan tenaga yang saya keluarkan.
Jalannya mulus? belum tentu. Tapi saya percaya mobilNya pasti nyaman.
Saya memilih untuk berserah, bersyukur, dan melakukan segala sesuatu sebaik mungkin. Biar Tuhan jadi Driver untuk berjalan bersama saya. Saya cukup duduk tenang menikmati pemandangan dari dalam mobil sambil menghabiskan waktu bersama Driver kesayangan saya.
Semoga kamu juga bisa menikmati perjalananmu ya. Amin.