FIKSI

03. Berpizza Denganmu

BERPIZZADENGANMU copy

“Cara Ampuh Menjadi Kaya dalam 10 Hari,” kataku dalam hati di pojok salah satu toko buku dekat Semanggi. Belakangan aku memang sering mampir ke sini untuk membaca sinopsis buku motivasi. Iya sinopsis yang ada di sampul belakang buku, karena aku belum sanggup membelinya. Lha wong buat makan aja mikir dua kali, masa harus beli kumpulan omong-kosong-yang-herannya-aku-juga-tertarik seharga ratusan ribu. Aku rasa tindakanku ini tepat, selain berhemat, aku juga memupuk semangat menanti panggilan kerja dan terhindar dari keinginan gantung diri.

Di sinopsis buku karangan Ir. Amat Sukendro ini tertulis bahwa kesuksesan hanya untuk orang-orang yang tekun dan giat bekerja. Aku kurang tekun apa ya? semua pekerjaan yang telah dijalani aku lakukan dengan penuh semangat. Tidak pernah mengeluh, begitu giat. Tetapi kenapa sampai detik ini kesuksesan belum terasa juga. Doa? pagi, siang, malam aku sudah berdoa hingga lupa makan. Ya walaupun memang melupakan makan merupakan sebuah keuntungan karena aku jadi tidak mengeluarkan uang. Intinya aku sudah melakukan semua hal untuk bertahan. Apa iya kekurangan adalah kehendak Tuhan? Bukannya termotivasi, buku ini malah membuatku semakin tidak percaya diri.

Selepas dari toko buku aku kembali berjalan pulang, melewati gugusan Sudirman dengan keadaan jauh dari harapan. Kaus hitam dan celana jeans di siang bolong seperti ini adalah kesukaan matahari. Tidak butuh waktu lama untuk membuat keringatku mengucur deras.  Aku mempercepat langkahku, merogoh kantung yang menyisakan uang dua puluh ribu.

******

Ada 2 hal terbaik yang terletak di dalam kamarku. Pertama adalah kipas angin bermerek Miyako. Tingginya kira-kira sebahu. Bisa dibuat tinggi dan pendek, pokoknya sesuai selera kamu. Dia selalu setia memberikan hawa sejuk seantero ruangan. Terus bergerak, terus meneduhkan. Sama seperti doa yang selalu aku gulirkan.

Kedua, foto keluarga di atas lemari kecil di samping kasur. Pigura berukuran 20×25 cm tersebut menampilkan sosok Ibu, Bima, Aku, dan mendiang Ayah yang sedang duduk di atas rumput sekitar hutan Pinus. Ibu memegang rantang kesukaan. Bima menenteng robot favoritnya. Aku menirukan gaya Tom Cruise di film Top Gun. Dan Ayah memeluk kami bertiga. Hangat sekali, seperti matahari pukul sepuluh pagi.

Sesampainya di kosan, aku membaringkan badan. Tepat di sebelah foto keluarga. Menatap langit-langit yang tertutup gypsum. Merasakan angin dari kipas Miyako. Mengizinkan pikiranku melayang jauh melebihi batasnya, menjauh dari yang seharusnya. Masa depan rasanya gelap. Bahkan lebih gelap dari pejaman mata. Aku putus asa.

Naluriku menuntun kepada sebotol pembasmi serangga yang tergeletak di sebelah koran lama. Muncul ide liar di kepala, mengakhiri nyawa. Kuminum segera, satu tenggak, dua tenggak, sampai kepada entah lima atau delapan. Tubuhku bereaksi dengan semestinya. Menggelinjang, bergetar, bergerak serabutan. Herannya, aku masih sempat mendengar ada panggilan masuk melalui handphone sebelum hilang sadar. Pada layarnya tertulis, Bu Mirna.

Satu tanggapan untuk “03. Berpizza Denganmu

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s