Tak Berkategori

Tentang Saya Memandang Monkey D. Luffy

Dua hari lalu saya baru saja menyelesaikan live action series One Piece di Netflix. Itu adalah kali pertama saya mengikuti perjalanan Luffy secara khusus, dan One Piece secara umum. Hanya membutuhkan waktu 3 hari untuk menyelesaikan 8 episode di Netflix. Padahal sebelumnya saya sering meledek teman-teman saya yang begitu menyukai serial manga ini. Tetapi sekarang berubah, betapa saya mencintai karakter Luffy dengan segala pelajaran di dalam perjalanannya.

Luffy memiliki visi dan iman yang kuat. Tujuan dia adalah menjadi Raja Bajak Laut, terdengar sangat konyol karena statement itu keluar ketika dia tidak memiliki kru, bahkan kapal masih hanya ada di bayangan. Mimpinya menjadi bahan tertawaan bajak laut lainnya. Tetapi imannya tetap kuat. Dia kenal betul potensi di dalam dirinya. Kita kerap berada di dalam keadaan seperti Luffy, semua orang menertawakan mimpi atau apapun yang sedang kita lakukan, meragukan potensi yang kita punya, sampai pada akhirnya kita memandang rendah diri kita sendiri. Setelah ini semoga kita menjadi seperti Luffy.

Mencari kru adalah sesuatu yang berat, apalagi ketika kita tidak memiliki reputasi sebelumnya. Apa yang Luffy lakukan untuk membentuk sebuah tim? ya, menunjukkan kasihnya sebagai seorang Kapten. Sebut saja Zoro dan Nami, yang pada kisah live action-nya akhirnya bergabung setelah keduanya dibela oleh Luffy. Zoro dibebaskan ketika dipasung di area Marine, sedang Nami melihat bagaimana Luffy mengalahkan Arlong, seseorang yang merebut desanya. Saya percaya tujuan Luffy bukan untuk menciptakan impresi baik di depan orang lain, dia membela karena rasa cinta kepada teman-temannya.

Hal terakhir dari sekian banyak adegan yang menarik saya adalah ketika peristiwa kembalinya kehidupan warga desa Conomi. Ketika itu Usopp si mulut besar sedang mengeliling api unggun bersama warga. Usopp bercerita tentang bagaimana dia mengaku sebagai Kapten dan mengalahkan banyak musuh. Padahal kita tahu Luffy yang berperan besar dalam kemenangan itu. Ketika Luffy melihat apa yang Usopp lakukan, alih-alih marah karena “kemuliannya” diambil, justru dia tertawa dan merayakan cerita Usopp. Ketulusan yang Luffy punya melebihi apa yang saya kira.

Terkadang sebagai manusia kita pernah mengalami kejadian tadi. Ada yang karirnya naik padahal kita yang bekerja baik. Ada yang dicap baik aselinya jahat. Dan sebagainya. Luffy mengajarkan untuk fokus kepada apa yang kita percaya. Kalau kita percaya bahwa cinta adalah segalanya, maka lakukanlah. Karena cinta membawa sukacita.

Pada akhirnya, jika saya bertemu Luffy secara nyata, saya ingin mengatakan, “Luffy, One Piece yang kau cari adalah dirimu sendiri.”

Amin.

Tinggalkan komentar