PENDIDIKAN

Banyak Asap Di Kota

SmokeFog-Slide6
Sumber : Google

Barusan saya jogging, selain buat kesehatan, lari pagi biar gak banyak pikiran karena menurut ilmuwan berkeringat membuat suhu tubuh tetap dingin, santai, kalem, tenang dan gak galau (begitu buka hp liat gallery jadi sendu lagi).

Rute lari pagi saya adalah kosan – velodrome (semacam pusat kebugaran masyarakat di rawamangun). Untuk mencapai velodrome memerlukan 982 langkah, melewati jalan kecil, jalan besar, dan beberapa kepulan asap. Iya asap.

Saya yang kebetulan bukan seorang perokok cukup anti dengan segala macam asap (untuk asap sate dapat dipertimbangkan). Dan pahitnya, lari pagi saya dimulai dan diakhiri bukan dengan cinta, melainkan asap </3.

100 langkah pertama melewati pos satpam, di sana ada 2 orang pria, berumur sekitar 35 dan 50 tahun. Dari jauh udah keliatan mereka lagi ngerokok sambil ngebul2in asap kayak di film horor cuma bedanya mereka gak minta sate 100 tusuk. Begitu sampe wilayah kekuasaan pos satpam tiba-tiba saya diberhentiin lalu kami bercakap-cakap sebentar.

Satpam 1 : “Mau kemana luh?” (ngebulin asap)
Saya         : “Mau kondangan, ya mau jogging pak”
Satpam 1 : “Velodrome ya? eh PSG kmrn menang siapa?” (masih ngebulin asap)
Saya         : “Seri, tapi yang masuk perempat final PSG”
Satpam 1 : “Tuh kan gue bilang juga ape!” (udah kelar ngerokok)
Satpam 2 : “Yaudah ntar gue bayar” (ngeluarin asap dari hidung)
Saya          : “Gue duluan bang”
Satpam 1  : “Yoo!”
Satpam 2 : “(ngebentuk asap jadi bulet)
Dengan sedikit terbatuk-batuk saya melanjutkan perjalanan karir saya di dunia perjoggingan.

Kebetulan lagi saya ngekos di semacam perumahan, jadi segala aktivitas rumah tangga sudah dimulai sejak pagi. Dan apesnya, gak jauh setelah saya lari dari pos satpam ketemu rumah yang penghuninya lagi bakar sampah, syitman! asepnya ngebul kayak fogging demam berdarah. Saya gak bisa muter, itu jalan satu – satunya untuk menuju jogging yang lebih baik. Dengan segala tekat, saya tembus asap itu dengan menahan nafas sekitar 20 detik. . Tapi tetep aja begitu napas lagi masih ada sisa asap di hidung yang kehirup. ENGAP (bukan dibaca en-gep).

Saya mulai berpikir untuk menyerah dan merasa ini sia-sia, tapi bukankah semua butuh perjuangan dan pengorbanan. HEHEHEHE. Belum cukup, begitu sampai di jalan besar, waktu mau nyebrang ada kumpulan bajaj + metro mini lagi jalan bareng, lalu hadirlan angkot sebagai orang ketiga. Lewatlah mereka di depan pemuda tak bercela ini dengan menggeber2kan mesin mereka sehingga menciptakan kepulan asap sehitam tinta cumi, sekelam hidupku tanpamu.

Abis itu nyeberang dong, sampailah di velodrome, jogging kesana kemari. Puji Tuhan, Alhamdullilah pulangnya gak ketemu antek-antek asap itu lagi.

Saya bukan anti perokok, pembakar sampah, bajaj dan teman-teman. Saya cuma gak begitu cinta sama asapnya. Belakangan ini muncul vaporizer, semacam rokok elektrik, katanya tanpa nikotin saya juga kurang paham, bau asapnya lebih enak. Tapi tetep aja itu asap, sama kan mau pacar jalan sama mantannya yang baik atau jahat tetep aja dia jalan sama mantannya. Gitu.

Tapi yasudahlah, asap dan manusia memang ditakdirkan hidup berdampingan. Pinter-pinter kita aja dalam memanage hidung. Terpujilah masker.

“Yehh, ngeloyor aje!!”
(Satpam 2, 35thn, kalo ke pos pake BMX)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s